Lupakan soal lukisan wajah, aku tidak akan membagikan lukisan wajah kali ini. Kenapa? Lagi males dan gak mood. Kali ini aku akan membagikan sebuah pengalaman membuat SIM C pada kalian. Daripada keluarin duit untuk tilang mending untuk bikin SIM.
Pertama kali membuat SIM C aku diantar oleh kakakku ke Polres. Setelah memfotokopi KTP dan mendapat map SIM C, kami langsung ke loket pendaftaran. Ternyata, aku harus melakukan tes sidik jari dan kesehatan dulu. Aku lalu ke tempat sidik jari, terus keluar dari Polres untuk tes kesehatan. Tes kesehatannya cuma disuruh menyebutkan huruf-huruf yang ditunjuk si Dokter. Selesai dengan itu, aku dan kakakku tentunya, kembali ke loket pendaftaran untuk menyerahkan semua persyaratannya. Kami duduk sambil menunggu panggilan alam, eh panggilan petugas.
Nah, ada hal menjengkelkan disitu. Di tempat itu terdapat tulisan begini "Dilarang merokok di area pembuatan SIM". Tapi banyak banget yang menghembuskan nafas beracun, alias merokok. Entah mereka itu gak bisa bahasa Indonesia atau 'pura-pura' tak tahu ada larangan seperti itu. Dengan tampang tak berdosa mereka menghujani orang-orang disekitarnya dengan asap abu-abu yang tidak ada hentinya. Mau menegur, takut. Jadinya ya diam saja ada pertumpahan asap yang menjadi lautan kanker paru-paru. Alay? Biar, mereka lebih alay, merokok di tempat umum dan banyak anak-anak sepertiku itu namanya alay level langit ke7.
Akhirnya aku dipanggil untuk mengisi sebuah formulir. Lalu diserahkan ke loket 2. Tak lama kemudian (baca : satu jam kemudian), namaku dipanggil. "Ibu Renzi..".... hah? Bocah masih semeter kek gini dipanggil ibu? Oke.... -_-" Aku pun memasuki ruangan untuk tes teori. Soalnya?... ehmn.... ooo aaaa hmnnm. Soalnya @#&^**^*&^&^%. Akhir dari ujian aku diberi selembaran, yang dibawahnya tertulis dua kata dengan huruf kapital, diketik dengan sangat jelas, jelas sekali. TIDAK LULUS.
Oke...
Oke....
Mengulang untuk minggu depan
Satu minggu kemudian...
Di hari yang cerah, aku menyetorkan fotokopi KTP 3 lembar untuk persyaratan mengulang SIM. Kejadian pembantaian asap rokok kembali terulang. Tak perlu diceritakan lagi. Namaku kembali disebut "Ibu Renzii" ... Aku melakukan ujian yang sebelumnya aku sudah belajar. Dan apa yang terjadi? Apa tulisan yang tertera di lembaran itu? Aku.... Aku.... LULUS.
Matahari terus bersinar, tes terus berlanjut. Ini waktunya ujian praktek. Dan aku 'nderedeg'. Aku mendapat urutan ke 3. Dengan motor scoopy aku melenggak-lenggok, belok ke kanan, ke kiri, muter2, silang, melayang (eh enggak). Dan aku gagal pemirsa, gagal. Aku ingin bertanya, daerah mana yang jalannya kayak gitu. Sepanjang sejarah naik motor, jalan yang kulalui lurus-lurus saja, gak ada belokan kayak begitu. Ya sudahlah, siapa tau memang ada jalan seperti itu.
Oke...
Oke....
Satu minggu kemudian.....
Hari itu Kamis. Ya udah, aku hanya kasih tau hari setelah Rabu itu Kamis.-_-". Aku kehabisan surat ijin kuning. Terpaksa aku masuk dan meminta surat ijin(dispen), kutulis di keterangan alasan ijin "Mengulang SIM". Aku keluar dari Sekolah dan langsung menuju Polres. Aku hanya perlu menyetorkan fc KTP rangkap 3, sama seperti sebelumnya.
Tak lama kemudian, aku dipanggil ke loket 1 dan disuruh ke tempat uji praktek. Aku yang pertama ada di tempat itu,masih sepi. Aku menunggu sendirian. Lalu muncul seorang polisi, beliau yang ngetes. Aku tanya "Pak, boleh pakai motor sendiri?" "Boleh" Lalu aku tanya lagi, "Pak, boleh nyoba?" "Iya boleh,nanti kalau udah rame, minggir ya..."
Dan aku mencoba berulang kali, berulang-ulang-ulang kali. Sampai kusadari sudah banyak orang(yang mau dites juga) yang menontonku. Aku pun meminggirkan motorku dengan tampang agak malu, diliatin banyak orang bro.
Namaku dipanggil yang pertama. o.o Wah, saya nderedeg pemirsa. Dan alhasil saya gagal karena menjatuhkan satu palang. :D
Oke...
Oke....
Satu minggu kemudian.....
Tetap di hari Kamis. Lagi-lagi harus minta dispen. Aku ke Polres lagi, LAGI. Entah sudah yang keberapa. Aku sampai hafal wajah petugas loket 1 dan polisi yang menge-tes aku. Aku juga hafal apa warna cat bangku untuk menunggu, BIRU.
Lagi-lagi aku harus naik motor goyang kanan kiri, mata serong kanan kiri. Entah kenapa, kali ini terasa mudah, aku tidak nderedeg, rileks saja. Dan.... jeng.. teretettttttttt bommmm bum. Aku lulus. LULUSSSSSSSSSSS. Akhirnya lulus. :D
Eits... belum selesai, ada hal menarik lagi. Dokumen SIM aku kumpulkan di loket 6. Namaku dipanggil, aku mikirnya ini waktunya foto. Aku pergi ke ruang poto. Nunggu..... nunggu... Akhirnya giliranku, dan aku ditanya nama. "Renzy.." "Ha? Antri?" "Renzy.." "Loh, belum dipanggil dek..." "Lha tadi dipanggil, pak?" "Sudah ke loket BRI? kesana dulu"
Dengan wajah rada bloon, emang bloon sih. Aku ke loket BRI dan membayar sesuai ketentuan Rp 100.000,00.
Setelah foto, aku menunggu SIM ku jadi. Entah kenapa, angin yang mengenai wajahku terasa sangat sejuk. Beda sama minggu kemarin, panas banget.
Dan SIM ku jadi ....
Hehe....
Walau ada operasi zebra, macan tutul,monyet, terserah...... Aku punya SIM.
No comments:
Post a Comment
Pengunjung yang keren, komentar ya...