Sunday, 17 March 2013

Tak Hanya Meluapkan Emosi

                                                                         Image from google.     
     
             Sebagai manusia yang suka bgt melukis aku punya pengalaman yg bikin aku rada jengkel. Awalnya sih aku punya pikiran kalau melukis itu kan hobi yang bebas, kita bisa nglukis apapun yang kita inginkan. Toh, tak ada yang mau marah kalau kita nglukisnya kayak cat tumpah. Dulu aku mikirnya nglukis itu cuma buat melepaskan emosi aja, biar pikiran n hati plong. Tapi kok hasil akhirnya hambar ya? Gak ada emosi sama sekali seperti yang kita rasakan sebenarnya.
            Nah, mulai dari situ aku mulai pikir, kenapa gak nglukis dengan serius aja? Walaupun nglukis bukan materi aljabar yang rumit(bgi kalian mungkin mtk mudah, tapi bagi aku yg slalu remidi, mtk itu sulit bgt bro) tapi kalau kita gak bisa main warna hasilnya tetep aja biasa-biasa aja. Misal aja kalo gambar bola, cuma buat garis tepi hitam trus diwarna biru gitu aja. Kan gambar bola itu cuma terlihat gambaran dua dimensi aja. Coba kalau kita buatnya gak pakek garis tepi item, langsung diwarna biru tua trus dipadukan dengan warna biru muda dan dkasih efek cahaya dengan nambahin warna putih. Kan hasilnya kayak bola sungguhan dan terlihat tiga dimensi.
            Jadi, melukis itu tak hanya meluapkan emosi semata. Emang sih, butuh mood buat nglukis tapi kita gak boleh diatur mood kan? Harus kita yang mengatur mood. Dengan serius melukis untuk menghasilkan karya yang berkualitas, aku yakin akan ada kepuasan tersendiri dengan hasil akhirnya. Tapi, apa melukis itu cuma niru suatu obyek trus dipindah ke media lukis? kalau kalian menjawab YA, itu salah. Karena melukis gak hanya mindah obyek ke kanvas atau buku gambar aja, kita harus membuat lukisan itu seperti hidup dan orang yang menikmati lukisan itu bisa tenggelam dalam lukisan itu. Ciye....
         Kata para pelukis profesional sih, kita mesti kenali dulu obyek yang akan kita lukis. Jika kita mau nglukis orang (ciye.. aliran realisme nih? >.<) amati wajahnya, rasakan apa yang yang dirasakan orang yang kita lukis, apa dia sedih ataupun bahagia, emosi itu terekam di wajahnya, nah kalau kita udah pahami dengan seksama baru kita melukisnya. Serius lo ya nglukisnya.
         Meskipun aku ngomong gitu, aku belum fasih benar kalau untuk memahami dan merasakan obyek lukisan. Aku juga belum bisa melukiskan emosi tersendiri dalam lukisanku. Maklumlah, masih junior nih. hahahaha. Tapi tak ada kata menyerah kan? Bagi pembaca yang suka nglukis dan pastinya lebih, lebih dan lebih mahir dari saya, trus asah kemampuan dan semoga bisa menghasilkan karya-karya yang berkualitas.  

There are two way of spreading light. To be the candle or the mirror that reflect it. Someone quote :)

No comments:

Post a Comment

Pengunjung yang keren, komentar ya...